Ada satu tempat yang tak biasa yang bisa dikunjungi di Jeddah. Kalo Jakarta punya kota tua, Jeddah punya old city yang terletak di wilayah Al-Balad. Sesuai namanya old city merupakan sebuah kota tua, disini kalian akan menjumpai sederet bangunan tua dengan desain yang unik. Kalian akan merasa dibawa flashback ke Arab pada masa lampau. Suasana, wewangian bahkan suara-suaranya pun terasa unik dan berbeda.
Sebagian besar masyarakat di Jeddah tak selalu suka pergi waktu siang karena suhu yang emang panas banget. Al-balad mulai rame di waktu sore sampai malam hari. Jadi kalau kalian mau melihat lihat dengan jelas tanpa takut kebakar, sore adalah waktu yang paling tepat.
Untuk masuk ke wilayah old city, kalian bisa ambil jalan dari sebelah queen building jika kalian lewat jalan king abdul aziz. Sebelumnya kalian akan menemui sederet toko-toko perhiasan, kalian penggemar perhiasan mungkin akan tertarik. Nggak perlu buru-buru karena sepanjang jalan kita nggak akan bosan karena banyak sekali hal yang bisa dinikmati.
Arsitektur bangunan di jeddah old city bergaya ottoman klasik, yang infonya sebagian besar dibangun dengan batuan coral dari laut merah. Ingat flat milik fahri dan maria di film ayat-ayat cinta ? ya, kurang lebih seperti itu. Beberapa gedung terlihat sudah sangat tua, kalian pasti tertarik ambil foto disini.
Menurut Saudi Commission for Tourism and National Heritage (SCTH), beberapa bangunan disini sudah berusia 400 tahun. Dan banyak gedung dijadikan semacam ruko, di beberapa lorong memang lebih mirip pasar.
Jalan disini ngga terlalu sempit, tapi akan sangat padat kalau hari jumat. Karena jumat disini hari libur. Dan hati-hati kalau ambil foto ya, beberapa orang tidak suka difoto meskipun kita nggak sengaja, terutama wanita.
Terdapat banyak macam pedagang kaki lima, mulai dari makanan, souvenir, baju hingga alat alat ibadah. Disini kalian bisa nawar loh, asal dengan harga yang wajar ya. Jangan heran kalau tiba-tiba mereka menyapa pakai bahasa indonesia, mereka bisa mengenali kita dari Indonesia. Tetapi cuma sekedar menyapa, mereka tidak fasih betul bahasa kita. Sebagian besar pedagang berasal dari afrika, india dan pasti warga lokal. Sayangnya, ngga banyak yang bisa bahasa inggris. Tapi mereka cukup mengerti bahasa isyarat dengan menunjuk angka dengan jari.
Di ujung jalan terdapat pasar tradisional yang menjual aneka buah-buahan dan sayur sayuran yang harganya jauh lebih murah dibanding di supermarket. Saya biasa beli disini, karena banyak pilihan dan beberapa barang disini tidak ada di supermarket, contohnya jeruk nipis. Ya, rempah rempah kita yang ada 1001 macem itu emang agak sulit dijumpai disini.
Keluar dari old city, kalian bisa menjumpai market-market modern yang cukup lengkap. Dan juga berbagai jenis restoran, mau yang khas arab ada, international ada, bahkan indonesia pun ada. Restoran indonesia disini ramai dikunjungi para pekerja dari indonesia, sebut saja restoran wong solo, rasela, garuda dan bakso mang oedin. Disini cukup jadi obat kangen citarasa indonesia. Dan satu lagi, ngga perlu khawatir soal tempat sholat karena banyak musholla disini. Bahkan tempat umum pun bisa dipakai tempat sholat.
Ngga ada tiket masuk disini, tapi kalau kalian mau beli suatu barang, harga disini sangat berfariasi sesuai dengan kualitas. Kalau makanan rata-rata 15 sampai 30 SAR. Kalau jajanan biasa pasti lebih murah. Untuk sayur dan buah, harga bisa dibawah 10R perKg, tergantung buahnya apa. Dan souvenir, mulai 1SAR sampai tak terhingga. Hehehe
So, sampai jumpa di Jeddah....
No comments